0
LDR=Pil Pahit
Posted by Unknown
on
06.22
in
Story
Tetesan air mata kini mulai berjatuhan, rasa takut kehilangan menghantui setiap langkah kakiku menuju kereta yang akan mengantarkanku ke Yogyakarta. Sebuah kota pelajar yang aku idam-idamkan sejak dulu. Aku selalu bermimpi dapat mencicipi bangku kuliah di sana, dan tak kusangka akuditakdirkan di sana untuk mencicipi pahit manisnya bangku Yogyakarta.
Hari ini aku pergi meninggalkan kota kelairankan. Wajah itu yang selalu ku ingat, ia baru saja mengantarkanku ke kereta dan mengucapkan salam perpisahannya. Ia sepertinya tak rela melepaskanku untuk pergi, namun aku berusaha meyakinkannya bahwa aku akan selalu baik-baik saja dan akan selalu ingat dengan hati yang telah ku jalani kini.
Sound track dari Alika, “Aku Pergi”, menemani perjalananku kini. Sesekali air mata ini menetes setiap bayangannya muncul dibenakku, bayangan seorang yang begitu ku cintai. Aku kini mencoba memantapkan hati untuk tidak main-main lagi dengan cinta yang telah kumiliki ini, aku berusaha istiqomah dengannya.
Setelah perjalanan panjang sampailah aku di kota pelajar ini. Kini aku menjalani rutinitasku yang baru dengan orang-orang baru dan tempat baru juga. Cinta antara aku dan dia terus tumbuh dan berkembang, walau kami berjauhan namun pupuk kepercayaan telah berhasil menumbuh kembangkan cinta kami.
Hingga pada saatnya, aku bertemu dengan seorang yang bernama Dwi. Aku kenal dengan dia ketika aku diajak oleh kakakku mendaki Gunung Prau di daerah Dieng Wonosobo. Waktu itu aku dipasangkan dengan dia. Seperti biasa akua mencoba ramah dengan semua orang, kita mengawali hubungan ini dengan sebuah perkenalan yang cukup panjang.
Malam pun mulai larut, udara dingin memeluk setiap insane yang ada dalam kegelapan. Rasa dingin itu kini mulai merasuk ke dalam tulang-tulang kami dan mencengkramnya. Dwi yang berada di depan mulai gemetar tak kuat menahan setiap rasa dingin yang menusuknya. Aku berusaha menenangkannya dengan memberinya beberapa coklat, aku berusaha mengalihkan setiap rasa dingin yang menyerang dengan kata-kataku sendiri yang menganggap kita berada di dalam rumah yang hangat dengan berbalutkan selimut tebal.
Namun, itu semua tak berhasil. Aku dan dia bagaikan sepasang burung yang beku di kutub selatan. Aku mulai memeluknya dari belakang, karena tak kuat menahan rasa dingin yang terus menghantam kita. Ia merasa terbantu dengan pelukanku untuk menghilangkan sedikit rasa dingin yang terus menghantam kita. Kita kini bagaikan sepasang kekasih yang sedang menerjang kegelapan menuju satu tujuan, “Dieng”. Aku mulai merasa nyaman dengannya, perhatian yang ia curahkan kepadaku membuat hati ini luluh.
Kita menghabiskan waktu di puncak gunung dengan canda tawa. Jepretan foto tak luput dari perhatian kita. Ia selalu menggandeng tanganku, seolah tak ingin kehilanganku. Cerita ini terus berlanjut hingga kita pulang dari gunung.
Perasaanku kini bercampur aduk, aku telah terjebak dengan cinta orang lain. Aku tahu kini aku telah melukai seorang yang ada disana, seorang yang selalu mencintaiku dan merindukanku. Hp ku bergetar, ku lihat layar ponselku ternyata SMS dari dwi.
“Sayang, aq bener-bener sayang kmu. Aq ingin kta kan slalu bersama.”
Melihat isi pesan itu, aku bahagia betul namun disisi lain aku juga terluka. Kini aku dalam suatu keadaan dimana aku harus memilih antara Dwi atau kekasihku yang berada nan jauh disana. Tapi, aku tak bisa memungkiri bahwa kini aku lebih mencintai Dwi dari pada dia. Aku berusaha jujur dengan keduanya. Aku membalas SMS Dwi.
“Aq jga sayang kmu cangak”
Hubungan kami terus berlanjut, aku kini dihantui rasa bersalah. Hubunganku dengan kekasihku mulai retak semenjak aku mengenal dia. Ya mungkin karena aku lebih mencintainya daripada kekasihku sendiri. Aku tak tahan lagi dengan semua ini dan akhirnya aku jujur pada kekasihku.
“Sayank maaf jika kata2 q ini, membuatmu trluka. Tpi aq tk ingin kta trus bgini. Aq jujur pdamu sayank aq kni tlah mnyayangi org lain”.
Dia membalas sms ku dengan begitu bijaksana.
“Ini bkan slah kmu sayank, mungkin ini karna aq jauh darimu yg tak bisa slalu mnemanimu. Kni ku srahkan semuanya pdamu, kau plih mna aq apa dia. Tpi asalkan kmu tau sayank, aq bgitu sayang pdamu.”
Aku tak mau menyakitinya, aku tahu dia begitu sayang padaku dan aku juga tak mungkin melupakan semua pengorbananya yang selama ini dia lakukan untukku. Namun, disisi lain aku begitu mencintai Dwi. Tapi mengapa Dwi datang di waktu yang tidak tepat, mengapa dia datang di saat aku telah memiliki sandaran hati, yang susah untuk kuputus saat ini.
Saat itu pula kekasihku mengganti status hubunganku di facebook menjadi berpacaran dengannya. Sontak, dwi yang melihatnya menjadi marah tak karuan. Dia terkejut melihat statusku saat ini. Namun, dia tak bisa pungkiri perasaanya bahwa dia sudah terlanjur sayang kepadaku.
Mungkin ini adalah derita ku yang tak bisa menjaga hati dengannya, kini aku berurusan dengan dua cowok yang mempunyai rasa cinta yang sama. Dan kini aku sendirilah yang harus menelan pil pahit itu.
Posting Komentar