0

AL-BARA’ BIN MALIK AL-ANSHARI

Posted by Unknown on 21.23 in

 Ia seorang lelaki yang sangat berani. Telah banyak kaum musyrikin yang dihabiskan olehnya. Ia telah banyak menumpas lawan-lawan Islam serta menghabisinya.
Tubuhnya tak besar, bisa dibilang kurus. Sangat terlihat tulang-tulang di tubuhnya. Ya memang tubuhnya kurus kerontang. Mungkin penduduk yang melihatnya tak percaya bahwa ia adalah seorang yang telah menewaskan seratus orang musyirikin dalam keadaan duel. Sengguh mencengangkan bukan. Ternyata di dalam tubuh yang kurus itu terdapat seribu keberanian yang selalu membara.
Ketika Nabi Muhammad wafat, penduduk Arab berbondong-bondong keluar Islam. Seperti halnya ketika mereka dulu berbondong-bondong masuk agama Islam. Waktu itu adalah waktu kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq.
Abu Bakar ash-Shiddiq menghadapi semua ini dengan tegar walupun telah disaksikannya para penduduk Arab yang meninggalkan agama Islam. Kini tinggal penduduk Mekkah, Madinah, Thaaif dan beberapa dusun yang masih beriman kepada Allah.
Diantara golongan-goolonga yang telah murtad itu terdapat golongan dari Bani Hanifah yang mana mereka merupakan golongan yang paling kuat. Golongan ini dipimpin oleh Musailamah Al-khadzab.
Golongan ini sangat kuat karena dilatarbelakangi dengan semangat fanatisme mereka terhadap Musailamah. Hingga ada seorang dari golongan ini yang menyatakan bahwa ia lebih percaya kepada Musailamah walaupun ia tahu bahwasanya Musailamah adalah seorang pendusta dan Muhammad adalah pembawa kebenaran.
Serangan demi serangan dilancarkan untuk mengembalikan kaum-kaum yang telah murtad ke jalan yang benar. Namun ketika kaum muslimin melancarkan serangan kepada kaum Musailamah, kaum muslimin yang dipimpin oleh Ikrimah bin Abi Jahal dengan mudahnya dipukul mundur oleh kaum Musailamah.
Hal ini tak membuat kaum muslimin patah semangat. Serangan kedua pun dilancarkan dengan dipimpin oleh Khalid bin Walid. Namun, sekali lagi kaum muslimin harus menelan kepahitan. Kaum muslimin dengan mudahnya dapat di pukul mundur lagi oleh kaum Musailamah.
Tak hanya itu kaum Musailamah sampai bisa mendobrak kemah panglima Khalid bin Walid yang hampir menewaskan istrinya. Istrinya terselamatkan berkat pertolongan dari kaum muslimin yang ikut berperang.
Setelah dua kali kekalahan kini kaum muslimin mulai sadar bahwasanya musuh mereka kini bukanlah musih yang enteng. Mereka tak boleh melihat musuh ini dengan sebelah mata. Jika mereka kalah melawan Musailamah dan para pendukungnya, mungkin agama Allah tak akan berdiri lagi, dan masyarakat Arab tak kan lagi meneyembah Allah seperti sebelum nabi Muhammad datang dengan wahyunya.
Kini kaum muslimin yang berada di bawah pimpinan Khalid bin Walid mulai menyusun rencana bagaimana mereka bisa mengalahkan orang-orang Bani Hanifah yang menjadi pendukung Musailamah.
Strategi yang digunakan kini adalah mengelompokkan golongan-golongan yang ada dalam kaum muslimin yang ikut berperang. Golongan Muhajirin dikumpulkan dengan golongan Muhajirin. Golongan Anshor digolongkan dengan golongan Anshor. Dan golongan lainya juka diperlakukan seperti itu. Saudara-saudara yang seayah di himpun dalam satu komando. Dengan begitu akan diketahui golongan mana yang member sumbansih dan perlawanan yang kuat terjadap kaum Hanafiyah.
Tak hanya itu strategi ini juga dimaksudkan agar dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang dibawa oleh pasukan muslim. Sehingga jika kelemahan-kelemahan itu diketahui maka kelemahan tersebut dapat diperbaiki.
Golongan Anshor dipegang oleh Tsabit bin Qais. Ia dengan begitu beraninya dan semangatnya terus memegang panji-panji Islam. Terus dipertahankannya panji-panji Islam hingga ia mati dalam keaadaan mati syahid.
Saudara Umar bin Khattab, Zaid bin Khattab tak mau ketinggalan dalam mengkobarkan semanagat saudara-saudaranya untuk melawan musuh. Ia dengan beraninya maju kedepan menebas setiap kepala musuh yang ada di depannya, mengayunkan pedangnya dengan begitu tangkasnya dan menghancurkan musuh-musuh yang ada di sekelilingnya hingga ia juga mendapatkan syahadah.
Tak hanya itu, seorang budak Abu Hudzaifah, Salim juga tak ketinggalan memegang panji-panji Islam. Namun, orang-orang yang ada disekitarnya khawatir jika ia akan gentar, dan mengakibatkan serangan-serangan mengarah kearahnya.
Namun, ia tak seperti yang dibayangkan oleh orang-orang yang tadi mengkhawatirkannya. Kini ia maju ke depan dengan semangat yang membara dan keberanian yang penuh untuk menumbangkan musuh-musuh yang ada di depannya. Hingga tak terhitung lagi berapa luka yang ada di tubuhnya.
Namun, semua semgat dan kepahlawanan mereka kikis di hadapan al-Bara’ bin Malik. Panglima perang Khalid bin Walid berpaling kea rah Al-Bara’ dan berkata ke pada Al-Bara’ untuk menggempur musuh-musuh yang ada.
Al-Bara’ kini menyerukan kalimat-kalimat penyemangat kepada kaumnya agar tidak mengingat-ingat Madinah dan memerintahkan untuk meningat surge dan ahkirat.
Kini ia maju ke barisan depan musuh, menerjang dan meluluh lantahkan setiap musuh Allah yang ada di hadapannya. Kini pasukan Musailamah mullah goyah dan takut. Akhirnya pasukan ini memutuskan untuk mudur dan sembunyi di sebuah kebun. Yang mana kebun ini kemudian di kenal dengan sebutan kebun maut, karena di dalamnya berjatuhan banyak korban.
Pasukan Musailamah menutup rapat-rapat pintu kebun ini dan bersembunyi di dalamnya. Ide gemilang kemudian muncul dari kepala Al-Bara’. Orang bertubuh kurus ini mulai menceritakan idenya. Dan kini ide tersebut benar-benar dilaksanakannya. Dilontarkanlah Al-Bara’ dengan menggunakan perisai itu kea rah kebun. Tubuh kurusnya kini menguntungkannya karena ia dengan mudah terlempar dan sampai ke dalam kebun itu.
Tak ada pilihan lain bagi Al-Bara’ kecuali menghadapi musuh-musuh Allah yang berada di dalam kebun itu dan membuka pintu kebun itu agar pasukan kaum muslimin bisa masuk atau jika tidak ia akan terbunuh di dalam kebun itu.
Ia dengan gagah mengayunkan pedangnya dan menghancurkan musuh-musuhnya sambil mencari celah untuk membuka pintu kebun itu. Sampai akhirnya terbukalah pintu kebun itu dan masuklah pasukan kaum muslimin.
Dengan masuknya kaum muslimin ke dalam kebun itu kaum muslimin bisa mengalahkan pasukan Musailamah. Dan kini pengorbana Al-Bara’ tidaklah sia-sia, luka yang begitu banyaknya di tubuhnya yang kira-kira berjumlah delapan puluh luka tusukan dan sayatan kini mengeluarkan kebahagiaan karena pasukan kaum muslimin bisa menewaskan 20.000 orang murtad dari pasukan Musailamah.
 Luka kini yang menghiasi seluruh tubuhnya. Di tubuhnya kini terdapat bermacam-macam goresan baik dari busur maupun pedang. Khalid bin Walid merawat Al-Bara’ hingga sehat dan pulih kembali.
Al-Bara’ bin Malik Al-Anshari hingga kini merindukan mati dalam keadaan syahid. Ketika di dalam kebun maut ia telah gagal menjadi syahid. Ia kini merasakan rindu terhadap nabinya dan ingin segera bertemu dan mendampinginya.
Mati syahid ini pun masih dirindukannya hingga pada saatnya ia mengikuti perang dalam menaklukan Persia. Ia selalu berdoa kepada Allah agar dia diberi kesyahidan. Doanya pun di kabulkan oleh Allah. Al-Bara’ wafat dalam peperangan melawan Persia.

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Sebutir Embun All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.