0
ABU DARDA
Posted by Unknown
on
21.55
in
Story
Nama aslinya adalah Uwaimir bin Malik yang merupakan seorang dari suku Khazraj. Ia merupakan orang terakhir yang memeluk Islam dari golongan suku Khazraj. Walaupun ia merupakan sahabat dari Abdullah bin Rawahah namun ia tetap dengan pendiriannya untuk tidak memeluk agama Islam.
Ia tiap hari selalu meyembah patung berhalanya dan memberikan wangi-wangian serta baju-baju yang bagus kepada berhala itu. Hingga pada akhirnya ia melihat kemenangan Islam dalam perang Badar dan membawa tawanan orang-orang Quraisy.
Ia dengan segera menanyakan keadaan sahabatnya Abdullah bin Rawahan kepada salah satu pemuda yang ada di kerumunan itu. Pemuda itu kemudian menjawab bahwasanya Abdullah bin Rawahan dalam keadaan baik dan ia membawa banyak sekali ghanimah.
Jawaban dari pemuda itu tentang keadaan sahabatnya membuat bahagia Abu Darda. Hingga pada akhirnya Abdullah bin Rawahan berkunjung ke rumah Abu Darda. Ia berkunjung ke rumah temannya dengan niatan tertentu. Namun, ketika ia ke rumah Abu Darda ia tak mendapati Abu Darda sedang di rumah. Ia hanya menemukan Ummi Darda yang meberitahukan bahwasanya Abu Darda sedang di toko. Tak mengherankan jika Abu Darda sedang berada di toko karena ia merupakan seorang pedagang yang cukup besar.
Abdullah memutuskan untuk menunggu Abu Darda. Sekarang ia dalam keadaan sendirian, karena Ummi Darda meninggalkannya dan meneruskan pekerjaannya di belakang. Dan ketika itu Abdullah masuk ke dalam kamar Abu Darda yang mana di sana tersimpan berhala milik Abu Darda. Dihancurkannya berhala itu hingga tak berbentuk lagi. Dan kemudian ia pergi begitu saja. Dalam benak Abdullah ia harus menghancurkan apa yang menjadi musuh Allah termasuk berhala yang disembah sahabatnya sendiri.
Setelah penghancuran berhala itu tak berapa lama Ummi Darda masuk ke dalam kamar itu. Begitu kagetnya ia melihat berhala yanag setiap hari disembahnya kini hancur berantakan. Menangislah Ummi Darda dengan terisak-isak sambil mengecam tindakan yang dilakukan Abdullah bin Rawahan.
Tak begitu lama Abu Darda datang dari tokonya. Ia mendapati istrinya yang menangis tersedu-sedu di dalam kamar tempat ia menyimpan berhala. Istrinya menceritakan kepadanya bahwa Abdullah bin Rawahan telah menghancurkan berhala miliknya. Mendengar cerita dari istrinya naik pitamlah Abu Darda. Ia mulai muak dengan perilaku Abdullah bin Rawahan. Rasanya ia ingin membalas kelakuan yang dilakukan sahabatnya
Namun, sejenak ia berpikir bahwasanya apabila berhala yang dipujanya memiliki kebaikan pastilah ia akan melindungi dirinya. Tapi, kini ia mendapati berhala itu tak bisa berbuat apa-apa ketika dihancurkan oleh sahabatnya.
Seketika Abu Darda pergi menemui Abdullah bin Rawahan untuk mengantarkannya kepada Rasulullah. Ia ingin menyatakan keislamannya langsung di hadapan Rasulullah. Begitu bahagianya Abdullah bin Rawahan mendengar itu semua. Diantarkannya Abu Darda ke hadapan Rasulullah.
Ia sekarang mantap memeluk Islam walaupun ia menjadi orang terakhir dari sukunya yang memeluk Islam. Ia tak berkecil hati dengan masalah itu. Abu Darda berusaha memahami dan mempelajari agamanya agar ia tidak tertinggal dengan yang lainnya. Saat ini ia menyesali ketertinggalan itu.
Begitu tekunnya ia mempelajari dan memahami agamanya kini. Hingga pada saatnya ia menjadi orang yang paling mengerti tentang agama Allah dan hafal Kitabullah.
Ia menempatkan agamanya di atas segalanya. Apabila kegiatan berdagangnya mengganggu ia ketika memahami dan mempelajari agamanya maka ditinggalkannya kegiatan itu. Kini ia meninggalkan perniagaanya demi mempelajari lebih dalam agamanya.
Tak hanya itu ia juga meninggalkan dunianya. Tak ada lagi di pikirannya tentang kemewahan dan keindahan dunia. Ia merasa cukup dengan makanan yang bisa dimakannya kini dan baju sederhana yang bisa menutup auratnya.
Pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab, Abu Darda diberikan jabatan di Syam. Namun ia menolak. Namun, Umar tidak begitu saja menyerah ia membujuk Abu Darda agar mau. Tetapi, Abu Darda mengajukan sebuah syarat kepada Umar bin Khattab. Ia mau pergi ke Syam apabila Umar mengizinkannya untuk mengajarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul beserta shalat bersama dengan mereka.
Dan Umar pun menyetujui syarat yang diajukan Abu Darda. Pergilah Abu Darda ke Syam dan ia langsung menuju Damaskus.
Disana ia menemui masyarakat yang sudah menyukai kemewahan dan keindahan dunia. mereka hidup bersenang-senang berselimutkan kemewahan. Dipanggilnya mereka semua oleh Abu Darda. Abu Darda mengingatkan mereka bahwa kemewahan dan kenikmatan yang ada di dunia ini hanyalah suatu hal yang palsu yang mana semua itu akan hilang.
Mereka semua menangis mendengar hujatan serta nasihat dari Abu Darda. Semenjak itu ia menjadi pemimpin Majelis dan menasehati orang-orang untuk selalu dalam kebaikan. Abu Darda benar-benar meninggalkan dunianya dan menjauhi kemewahan. Apa yang ia dapatkan selalu ia berikan kepada mereka yang membutuhkan.
Ia selalu mengingat perkataan Rasulullah tentang bekal manusia di dunia bagaikan bekal seorang musafir dalam perjalanannya.
Ia selalu memberikan nasihat, mengajarkan Kitabullah dan hikmah kepada orang-orang Damaskus hingga akhir hayatnya. Hingga pada akhirnya ia wafat karena sakit keras yang dideritanya.
Posting Komentar