0
ABDULLAH BIN JAHASY
Posted by Unknown
on
14.28
in
Story
Abdullah bin Jahasy termasuk dalam golongan as-sabiqun al-awalun (orang pertama yang masuk Islam). Ia memeluk Islam ketik Nabi Muhammad sebelum bermarkas di Baitularqam. Ia adalah ipar Rasulullah sekaligus putra dari bibi Rasulullah. Ia adalah putra dari Umaimah Binti Abdul Muthalib yang merupakan saudara perempua dari ayahan da Rasulullah. Ia juga sekaligus menjadi ipar Rasulullah karena beliau menikah dengan Zainab binti Jahasy yang merupakan saudara perempuan Abdullah bin Jahasy.
Abdullah bin Jahasy merupakan orang pertama yang diberi gelar amirul Mukminin (pemimpin orang-orag mukmin). Ia juga merupakan orag pertama yang dipercayai memegang panji-panji Islam.
Abdullah bin Jahazy merupakan muhajirin (orang yang berhijrah) kedua ketika nabi Muhammad mengizinkan para sahabat utuk berhijrah ke Madinah untuk menyelamatkan Islam dari gangguan kaum Quraisy.
Berjihad karena Allah telah biasa dilakukannya. Hijrah serta berpisah dengan keluarga besrta orang-orag yang disayanginya sudah merupakan hal yang tak baru lagi dilakukannya. Sebelum ia berhijrah ke Madinah ia juga pernah berhijrah ke Habasyah bersama keluarganya.
Namun hijrahnya kali ini diikuti banyak pihak. Ia hijrah bersama seluruh keluarganya beserta seluruh kerabatnya, baik muda maupun tua pria maupun wanita. Begitu keluardari Mekkah mereka memandangi rumah beserta kampong halamannya. Kampung halaman mereka kini terlihat sepi, kosong tak ada lagi canda tawa semua kini telah sepi dan jauh dari keramaian. Kampong halaman kini tak harmonis dulu tak ada lagi kehangatan yang Nampak disana. Tak ada lagi hiruk pikuk orang yang lalu lalang, semuanya kini tinggal kesunyian yang menghaisi kampong halaman mereka.
Setelah mereka meninggalkan kampong halaman mereka tak lama kemudian Abdullah bin Jahasy mendengar bahwasanya para pemimpin Quraisy mengepung tempat tinggal mereka. Diantara mereka ada Abu Jahal dan Utbah bin Rabi’ah yang mencari tahu siapa saja orang Islam yang masih bertahan disana dan siapa saja yang berhasil keluar dari sana.
Utbah mencari tahu hal itu dan melihat seluruh rumah bani Jahasy. Namun Utbah tak mendapatkan apapun. Rumah-rumah ini kini telah kosong. Mereka menangisi kepergian penghuninya.
Abu Jahal kini merampok rumah Abdullah bin Jahasy. Rumah Abdullah bin Jahasy merupakan rumah yang sangat indah dan tentu saja mewah. Abu Jahal kini menguasainya beserta seluruh isinya dan kini ia berlagak seperti yang punya rumah ini.
Abdullah bin Jahasy mencritakan hal ini kepada Rasulullah. Dan Rasulullah berkata kepada Abdullah bin Jahasy bahwasanya Abdullah bin Jahasy akan di beri Allah rumah di surge kelak. Mendengar hal ini hati Abdullah bin Jahasy yang dulu mendung kini berubah menjadi terang benderang di sertai pelangi yang menghiasinya.
Namun rumah di surga tidaklah murah. Belum habis kepedihan yang dirasakannya ketika hijrah yang pertama dan kedua, dan belum lagi ia puas dipelukan saudara-saudara Anshar, Allah telah memberikan ujian lagi kepadanya. Memang semenjak ia masuk Islam ujian dan cobaan silih berganti kepadanya.
Hingga pada saatnya ia memperoleh gelar Amirul Mukminin. Gelar ini didapatkannya ketika Rasulullah mengutus delapan sahabat untuk melakukan tugas militer Islam yang pertama. Rasulullah kini mengutus sahabat yang paling penyabar dan paling kuat menahan lapar dan dahaga. Abdullah bin Jahasy adalah salah satu diantara delapan sahabat itu.
Ia menjadi pemimpin dari satuan ini. Dan dengan demikian ia mendapat gelar Amirul Mukminin yang pertama. Ketika itu Abdullah bin Jahasy dibekali Rasulullah dengan sepucuk surat yang mana surat itu baru boleh dibuka ketika mereka sudah dua hari perjalanan.
Dan setelah dua hari dibukalah surat itu oleh Abdullah bin Jahasy dan isinya adalah memerintahkan delapan sahabat untuk meneruskan perjalanan hingga di Nakhlah diantara Thaif dan Mekah dan setelah itu Rasulullah juga memerintahkan mereka untuk melakukan pengintaian terhadap kaum Quraisy.
Setelah membaca surat tersebut Abdullah bin Jahasy berniat dalam hati untuk patuh terhadap perintah Rasulullah kemudian ia menyampaikan semua isi surat yang telah dibacanya kepada sahabat-sahabat lainnya. Ia tak memaksa sahabat lainnya untuk ikut dalam pengintaian namun para sahabat lainnya dengan senang hati mau ikut dalam pengintaian tersebut.
Akhirnya mereka sampai di Nakhlah, mereka menelusuri desa-desa untuk mengintai kaum Quraisy. Hingga pada saatnya dari kejauhan nampak iring-iringan kafilah Quraisy yang membawa barang dagangannya. Ada kulit binatang, kismis dan barang-barang dagangan lainnya yang mereka bawa. Iringan ini di jaga oleh empat orang, empat orang tersebut adalah al-Hakan bin Kaisan, Amru bin al-Hadrami, Ustman bin Abdullah dan Mughirah.
Melihat iring-iringan itu para sahabat merasa bingung, apakah mereka harus menyerang kaum Quraisy itu atau tidak. Mengingat bulan ini adalah bulan Haram yang mana pada bulan ini dilarang untuk mengadakan peperangan. Tapi apabila mereka tidak menyerang iring-iringan tersebut dan membiarkannya hingga berlalu bulan haram maka sudah pasti mereka akan sampai di Mekkah. Namun, jika mereka menyerang iringan ini dan melakukan pembunuhan di bulan ini pastilah mereka akan dicela seluruh penduduk Mekkah karena dianggap tidak menghormati bulan Haram.
Pada akhirnya para sahabat memutuskan untuk menyerang para iringan kafilah Quraisy itu, dan membunuh satu orang diantaranya. Dua orang yang lain menjadi tawanan para sahabat dan yang satu lagi melarikan diri tak tau kemana.
Setelah mendapatkan dua tawanan itu para sahabat menggiring tawanannya beserta barang yang dibawa dan unta-untanya ke Madinah.
Setelah sampai Madinah, di laporkannya semua itu kepada Rasulullah. Namun, Rasulullah tidak berkenan mendengar laporan mereka karena Rasulullah tidak memerintahkan mereka untuk berperang dan membunuh orang Quraisy melainkan hanya mengintai apa yang mereka lakukan.
Abdullah bin Jahasy kini merasa yakin bahwa mereka akan celaka karena melanggar perintah Rasulullah. Rekan-rekannya sesama Muslim juga mengecam apa yang telah di kerjakannya. Kini hatinya bagaikan goresan luka yang disiram dengan air jeruk. Hatinya kini juga makin ciut tatkala ketika satuan delapan sahabat ini bertemu dengan Kaum Muslimin. Kaum Muslimin selalu mengolok-ngolok bahwasanya mereka adalah orang yang melanggar perintah Rasulullah.
Hatinya kini kian sakit ketika didengarnya bahwasanya orang-orang Quraisy memanfaatkan kesempatan ini untuk mecela Nabi Muhammad saw dan memprofokasi masyarakat Arab bahwa Muhammad telah melanggar bulan Haram. Melanggar bulan haram dengan orang-orangnya yang melakukan pembunuhan dan perampasan terhadap kaum Quraisy. Fitnah kini bertebaran dimana-mana.
Sungguh penyesalan kini menghiasi diri Abdullah bin Jahasy dan satuannya. Kesepakatan yang telah mereka ambil ternyata menyulitkan dan mengotori kemuliaan Rasulullah.
Ketika penyesalan yang kiat membayangi mereka, datanglah berita gembira. Allah meridhai apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Jahasy dengan menurunkan firman-Nya. Firman yang turun kepada Rasulullah kali ini adalah surat Al-Baqarah ayat 217 yang artinya adalah :
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada Bulan Haram. Katakanlah, ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidih Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) disisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya dari pada pembunuhan) …” (QS. Al-Baqarah:217)
Duka yang selama ini dirasakan Abdullah bin Jahasy kini berganti dengan hujan dan sejuknya kebahagiaan. Orang-orang kini mengucapkan selamat atas ayat yang khusus diturunkan kepada mereka sambil memeluk erat mereka.
Harta rampasan beserta unta-unta yang disimpan kini Rasulullah mau menerimanya dan Rasulullah mengizinkan keluarga tawanan untuk menebus dua orang yang menjadi tawanan mereka.
Perang yang dilakukan Abdullah bin Jahasy adalah perang pertama Islam yang menewaskan seorang musyrik dan menawan dua tawanan. Perang ini juga yang memberikan kemenangan dan diterimanaya panji-panji kemenangan dari musuh.
Abdullah bin Jahasy wafat dalam keadan mati syahid bersama dengan Hamzah bin Abdul Mutholib dalam perang Uhud.
Sebelum kematiannya ia sempat berdoa kepada Allah saw agar ia dihadapkan dengan musuh yang kekar tubuhnya, ulet dan pemarah yang mana kemudian ia akan menghadapi musuh itu dan musuh itu kemuadian akan menyayat hidung dan telinganya. Ia juga memohon apabila ia berjumpa dengan Allah pada hari pembangkitan dan apabila Allah bertanya kepadanya tentang hidung dan telinganya yang putus maka ia akan menjawab ini karena Engkau dan Rasullmu.
Ternyata doa yang diucapkan oleh Abdullah bin jahasy ini dikabulkan oleh Allah. Ia wafat dalam peperangan dengan luka sayatan di hidung dan telinganya.
Abdullah bin Jahasy merupakan orang pertama yang diberi gelar amirul Mukminin (pemimpin orang-orag mukmin). Ia juga merupakan orag pertama yang dipercayai memegang panji-panji Islam.
Abdullah bin Jahazy merupakan muhajirin (orang yang berhijrah) kedua ketika nabi Muhammad mengizinkan para sahabat utuk berhijrah ke Madinah untuk menyelamatkan Islam dari gangguan kaum Quraisy.
Berjihad karena Allah telah biasa dilakukannya. Hijrah serta berpisah dengan keluarga besrta orang-orag yang disayanginya sudah merupakan hal yang tak baru lagi dilakukannya. Sebelum ia berhijrah ke Madinah ia juga pernah berhijrah ke Habasyah bersama keluarganya.
Namun hijrahnya kali ini diikuti banyak pihak. Ia hijrah bersama seluruh keluarganya beserta seluruh kerabatnya, baik muda maupun tua pria maupun wanita. Begitu keluardari Mekkah mereka memandangi rumah beserta kampong halamannya. Kampung halaman mereka kini terlihat sepi, kosong tak ada lagi canda tawa semua kini telah sepi dan jauh dari keramaian. Kampong halaman kini tak harmonis dulu tak ada lagi kehangatan yang Nampak disana. Tak ada lagi hiruk pikuk orang yang lalu lalang, semuanya kini tinggal kesunyian yang menghaisi kampong halaman mereka.
Setelah mereka meninggalkan kampong halaman mereka tak lama kemudian Abdullah bin Jahasy mendengar bahwasanya para pemimpin Quraisy mengepung tempat tinggal mereka. Diantara mereka ada Abu Jahal dan Utbah bin Rabi’ah yang mencari tahu siapa saja orang Islam yang masih bertahan disana dan siapa saja yang berhasil keluar dari sana.
Utbah mencari tahu hal itu dan melihat seluruh rumah bani Jahasy. Namun Utbah tak mendapatkan apapun. Rumah-rumah ini kini telah kosong. Mereka menangisi kepergian penghuninya.
Abu Jahal kini merampok rumah Abdullah bin Jahasy. Rumah Abdullah bin Jahasy merupakan rumah yang sangat indah dan tentu saja mewah. Abu Jahal kini menguasainya beserta seluruh isinya dan kini ia berlagak seperti yang punya rumah ini.
Abdullah bin Jahasy mencritakan hal ini kepada Rasulullah. Dan Rasulullah berkata kepada Abdullah bin Jahasy bahwasanya Abdullah bin Jahasy akan di beri Allah rumah di surge kelak. Mendengar hal ini hati Abdullah bin Jahasy yang dulu mendung kini berubah menjadi terang benderang di sertai pelangi yang menghiasinya.
Namun rumah di surga tidaklah murah. Belum habis kepedihan yang dirasakannya ketika hijrah yang pertama dan kedua, dan belum lagi ia puas dipelukan saudara-saudara Anshar, Allah telah memberikan ujian lagi kepadanya. Memang semenjak ia masuk Islam ujian dan cobaan silih berganti kepadanya.
Hingga pada saatnya ia memperoleh gelar Amirul Mukminin. Gelar ini didapatkannya ketika Rasulullah mengutus delapan sahabat untuk melakukan tugas militer Islam yang pertama. Rasulullah kini mengutus sahabat yang paling penyabar dan paling kuat menahan lapar dan dahaga. Abdullah bin Jahasy adalah salah satu diantara delapan sahabat itu.
Ia menjadi pemimpin dari satuan ini. Dan dengan demikian ia mendapat gelar Amirul Mukminin yang pertama. Ketika itu Abdullah bin Jahasy dibekali Rasulullah dengan sepucuk surat yang mana surat itu baru boleh dibuka ketika mereka sudah dua hari perjalanan.
Dan setelah dua hari dibukalah surat itu oleh Abdullah bin Jahasy dan isinya adalah memerintahkan delapan sahabat untuk meneruskan perjalanan hingga di Nakhlah diantara Thaif dan Mekah dan setelah itu Rasulullah juga memerintahkan mereka untuk melakukan pengintaian terhadap kaum Quraisy.
Setelah membaca surat tersebut Abdullah bin Jahasy berniat dalam hati untuk patuh terhadap perintah Rasulullah kemudian ia menyampaikan semua isi surat yang telah dibacanya kepada sahabat-sahabat lainnya. Ia tak memaksa sahabat lainnya untuk ikut dalam pengintaian namun para sahabat lainnya dengan senang hati mau ikut dalam pengintaian tersebut.
Akhirnya mereka sampai di Nakhlah, mereka menelusuri desa-desa untuk mengintai kaum Quraisy. Hingga pada saatnya dari kejauhan nampak iring-iringan kafilah Quraisy yang membawa barang dagangannya. Ada kulit binatang, kismis dan barang-barang dagangan lainnya yang mereka bawa. Iringan ini di jaga oleh empat orang, empat orang tersebut adalah al-Hakan bin Kaisan, Amru bin al-Hadrami, Ustman bin Abdullah dan Mughirah.
Melihat iring-iringan itu para sahabat merasa bingung, apakah mereka harus menyerang kaum Quraisy itu atau tidak. Mengingat bulan ini adalah bulan Haram yang mana pada bulan ini dilarang untuk mengadakan peperangan. Tapi apabila mereka tidak menyerang iring-iringan tersebut dan membiarkannya hingga berlalu bulan haram maka sudah pasti mereka akan sampai di Mekkah. Namun, jika mereka menyerang iringan ini dan melakukan pembunuhan di bulan ini pastilah mereka akan dicela seluruh penduduk Mekkah karena dianggap tidak menghormati bulan Haram.
Pada akhirnya para sahabat memutuskan untuk menyerang para iringan kafilah Quraisy itu, dan membunuh satu orang diantaranya. Dua orang yang lain menjadi tawanan para sahabat dan yang satu lagi melarikan diri tak tau kemana.
Setelah mendapatkan dua tawanan itu para sahabat menggiring tawanannya beserta barang yang dibawa dan unta-untanya ke Madinah.
Setelah sampai Madinah, di laporkannya semua itu kepada Rasulullah. Namun, Rasulullah tidak berkenan mendengar laporan mereka karena Rasulullah tidak memerintahkan mereka untuk berperang dan membunuh orang Quraisy melainkan hanya mengintai apa yang mereka lakukan.
Abdullah bin Jahasy kini merasa yakin bahwa mereka akan celaka karena melanggar perintah Rasulullah. Rekan-rekannya sesama Muslim juga mengecam apa yang telah di kerjakannya. Kini hatinya bagaikan goresan luka yang disiram dengan air jeruk. Hatinya kini juga makin ciut tatkala ketika satuan delapan sahabat ini bertemu dengan Kaum Muslimin. Kaum Muslimin selalu mengolok-ngolok bahwasanya mereka adalah orang yang melanggar perintah Rasulullah.
Hatinya kini kian sakit ketika didengarnya bahwasanya orang-orang Quraisy memanfaatkan kesempatan ini untuk mecela Nabi Muhammad saw dan memprofokasi masyarakat Arab bahwa Muhammad telah melanggar bulan Haram. Melanggar bulan haram dengan orang-orangnya yang melakukan pembunuhan dan perampasan terhadap kaum Quraisy. Fitnah kini bertebaran dimana-mana.
Sungguh penyesalan kini menghiasi diri Abdullah bin Jahasy dan satuannya. Kesepakatan yang telah mereka ambil ternyata menyulitkan dan mengotori kemuliaan Rasulullah.
Ketika penyesalan yang kiat membayangi mereka, datanglah berita gembira. Allah meridhai apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Jahasy dengan menurunkan firman-Nya. Firman yang turun kepada Rasulullah kali ini adalah surat Al-Baqarah ayat 217 yang artinya adalah :
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada Bulan Haram. Katakanlah, ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidih Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) disisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya dari pada pembunuhan) …” (QS. Al-Baqarah:217)
Duka yang selama ini dirasakan Abdullah bin Jahasy kini berganti dengan hujan dan sejuknya kebahagiaan. Orang-orang kini mengucapkan selamat atas ayat yang khusus diturunkan kepada mereka sambil memeluk erat mereka.
Harta rampasan beserta unta-unta yang disimpan kini Rasulullah mau menerimanya dan Rasulullah mengizinkan keluarga tawanan untuk menebus dua orang yang menjadi tawanan mereka.
Perang yang dilakukan Abdullah bin Jahasy adalah perang pertama Islam yang menewaskan seorang musyrik dan menawan dua tawanan. Perang ini juga yang memberikan kemenangan dan diterimanaya panji-panji kemenangan dari musuh.
Abdullah bin Jahasy wafat dalam keadan mati syahid bersama dengan Hamzah bin Abdul Mutholib dalam perang Uhud.
Sebelum kematiannya ia sempat berdoa kepada Allah saw agar ia dihadapkan dengan musuh yang kekar tubuhnya, ulet dan pemarah yang mana kemudian ia akan menghadapi musuh itu dan musuh itu kemuadian akan menyayat hidung dan telinganya. Ia juga memohon apabila ia berjumpa dengan Allah pada hari pembangkitan dan apabila Allah bertanya kepadanya tentang hidung dan telinganya yang putus maka ia akan menjawab ini karena Engkau dan Rasullmu.
Ternyata doa yang diucapkan oleh Abdullah bin jahasy ini dikabulkan oleh Allah. Ia wafat dalam peperangan dengan luka sayatan di hidung dan telinganya.
Posting Komentar