0

Biografi Bondan Nusantara

Posted by Unknown on 19.08 in ,

Seorang laki-laki yang tak lagi muda namun jiwanya tetaplah jiwa para pemuda yang masih menggelora hingga saat ini. Beliau adalah Bapak Bondan Nusantara, seorang redaktur Swaka Kedaulatan Rakyat dan juga merangkap sebagai sutradara ketoprak di TVRI. Beliau lahir di Bantul, 06 Oktober 1952. Usia yang tak lagi muda tak memmbuatya berhenti berkarya. Ia masih setia menjadi redaktur dan wartawan dan juga dalam melestarikan budaya Jawa. Pekerjaanya sebagai redaktur tak memerlukan keterampilan yang banyak, dalam pekerjaan beliau cukup mempunyai keterampilan dalam menulis selain itu mengambil tema dari suatu kejadian atau peristiwa yang tidak dilihat orang lain atau hanya dipandang sebelah mata oleh orang lain seperti, tabrak lari, hamil di luar nikah, kegiatan mahasiswa, kegiatan sekelompok pemuda dalam masyaakat. Beliau menganggap bahwasanya dalam pekerjaannya tidak ada dukanya, melainkan hanya hambatan dan tantangan, misalnya dikejar deadline, dan bagaimana membawakan berita yang kurang baik menjadi sebuah berita yang layak untuk ditanyangkan. Menurut beliau juga, dalam pekerjaannya ini lebih banyak sukanya karena beliau dapat belajar dan bertukar pikiran dengan orang lain, terutama mahasiswa karena kini beliau menampung gagasan para mahasiswa yang dituangkan dalam sebuah tulisan, dari hal ini beliau dapat mengerti seperti apa pikiran mahasiswa sekarang dalam memandang suatu hal.
Beliau dalam awal karirnya ternyata tidak sengaja menjadi wartawan karena beliau hanya iseng-iseng menulis namun beliau malah diajak oleh bapak Hanung Kusumo untuk mejadi wartawan. Tidak mengagetkan bukan mengingat sewaktu beliau masih duduk di bangku SMP dn SMA beliau sudah suka dengan hal tulis menulis seperti menulis cerpen, puisi dan karya-karya tulis lainnya.
Beliau menjadi wartawan sejak tahun 80’an dimana pada waktu itu seorang wartawan tidak dituntut untuk bergelar S1 Ilmu Komunikasi, karena mengingat pada waktu itu seseorang yang mendapat gelar S1 sangatlah minim. Beliau mendapat keterampilan menjadi jurnalistik dan wartawan secara otodidak.   Beliau tidak berasal dari latar belakang Ilmu Komunikasi, beliau hanya lulusan SMA yang terus belajar hingga sekarang. Beliau tidak meneruskan S1 karena beliau menganggap beliau sudah terlalu tua dan beliau lebih memilih belajar dari para mahasiswa, dan menurut beliau hidup itu intinya harus belajar dan dengan siapa saja kita dapat belajar. Keterampilan mejadi seorang jurnalistik dapat diperoleh ketika kita peka terhadap lingkungan kita, dimana semua yang ada di lingkungan kita dapat dituangkan dalam bentuk tulisan dari berbagai segi kita memandangnya. Menjadi redaktur swaka beliau harus bisa menempatkan diri dalam kehidupan mahasiswa yang mana kehidupan mahasiswa kini tidak sama dengan kehidupan beliau dulu. Kehidupan mahasiswa kini telah terjebak dalam dua pilihan antara pragmatism dan sosialisme. Mahasiswa kini tak seharusnya hanya berkutat dengan kuliah saja namun seharusnya para mahasiswa juga mencari pengalaman di luar kampus agar mereka mempunyai pengalaman lebih ketika mereka dalam masyarakat.
Menurut beliau prospek pekerjaan beliau kemasa yang akan datang sangatlah luas, melihat dunia kini yang semakin canggih dan komunikasi yang ada semakin luas, memperlihatkan profesi ini akan tetap eksis. Beliau mengaku tidak ingin pindah profesi karena menurut beliau profesi ini adalah bagian dari religious beliau yang membuat beliau nyaman. Beliau tak pernah bosan dengan menulis, mungkin hanya perasaan jenuh yang kadang dirasakan, yang biasanya diatasi beliau dengan mengalihkannya ke hal lain, misalnya seni. Yang mana hal ini dapat melestarikan kebudayaan jawa, seperti yang dilakukan beliau ketika beliau menjadi sutradara ketoprak yang ada di TVRI.
Keterampilan lain yang dibutuhkan dalam pekerjaan beliau ini adalah memperbanyak referensi. Karena jika referensi kita banyak maka akan muncul ide-ide yang mana bisa diperoleh dari referensi itu yang dipandang dari segi lain.
Beliau tidak memandang honor dalam menulis, menurut beliau honor itu adalah suatu akibat yang didapat ketika beliau menulis bukan menulis utuk honor. Beliau memendang pekerjaan ini sebagai suatu pekerjaan untuk menuangkan gagasan yang ada dalam pikiran beliau. Melatih kepekaan terhadap lingkungan perlu sekali dilakukan jurnalistik, karena ini akan membantu jurnalistik dalam menulis.
Beliau memilih menjadi wartawan yang tak terlibat dalam hal criminal karena beliau tidak siap ketika melihat orang lain dipukuli oleh masyarakat. Wartawan yang baik menurut beliau adalah wartawan yang tidak menerima amplop, karena harga diri seorang wartawan akan dihargai dengan seberapa ia menerima amplop tersebut. Yang terpentig menurut beliau adalah pekalah terhadap lingungan sekitar dan kembangkanlah kebiasaan tulis menulis karena setiap orang pasti mempunyai bakat dalam bidang jurnalistik.


Copyright © 2009 Sebutir Embun All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.